Assalamu'alaikum sahabat Kajian Fiqih Syafi'i, mari kita simak biografi singkat Imam Syafi'i. Seorang imam yang agung, yang menjadi inspirasi blog ini.
Profil Singkat
Nama lengkap: Abu Abdillah Muhammad bin Idris As-Syafi'i Al-Muttalibi Al-Qurashi
Nama gelar kehormatan: Alimul Ashr, Nashirul Hadits, Imam Quraish, Al-Imam Al-Mujaddid, Faqihul Millah
Tempat lahir: Gaza, Palestina.
Tanggal lahir: tahun 767 M / 150 H.
Wafat: Akhir malam Rajab tahun 820 M / 204 H.
Tempat wafat: Kairo, Mesir.
Aliran Islam: Ahlussunnah Wal Jamaah
Ayah: Idris bin Al-Abbas bin Utsman bin Syafi' bin As-Saib bin Ubaid bin Abdu Yazid bin Hasyim bin Al-Muttalib bin Abdu Manaf.
Ibu: Fatimah binti Abdullah Al-Uzdiyah.
Putra: Abu Utsman dan Abul Hasan
Putri: Fatimah dan Zainab
Nasab dari pihak ayah.
Ayahnya bernama Muhammad bin Idris bin Abbas bin Utsman bin Syafi` bin
Sa`ib bin Abid bin Abu Yazid bin Hisyam bin Muthalib bin Abdu Manaf bin
Qusayyi bin Kilab bin Murrah, nasab beliau bertemu dengan Rasulullah
saw. pada Abdu Manaf bin Qusayyi.
Nasab dari pihak Ibu.
Ibnunya bernama Fatimah binti Abdullah bin Hasan bin Husain bin Ali bin
Abi Thalib. Orang-orang mengatakan bahwa mereka tidak mengetahui
Hasyimiyah melahirkan keturunan kecuali Imam Ali bin Abi Thalib dan Imam
Syafi`i.
Kelahiran Imam Syafi`i.
Dia dilahirkan pada tahun 150 H. bertepatan dengan dimana Imam Abu
Hanifah meninggal dunia. Dia dilahirkan di desa Ghazzah, Asqalan. Ketika
usianya mencapai dua tahun, ibunya mengajak pindah ke Hijaz dimana
sebagian besar penduduknya berasal dari Yaman, ibunya sendiri berasal
dari Azdiyah. Lalu keduanya menetap di sana. Akan tetapi saat usianya
telah mencapai sepuluh tahun, ibunua mengajak pindah ke Makkah lantaran
khawatir akan melupakan nasabnya.
Jenjang Pendidikan Imam Syafi`i.
Imam Syafi`i sejak kecil hidup dalam kemiskinan, pada waktu dia
diserahkan ke bangku pendidikan, para pendidik tidak memperoleh upah dan
mereka hanya terbatas pada pengajaran. Akan tetapi setiap kali seorang
guru mengajarkan sesuatu pada murid-murid, terlihat Syafi`i kecil denga
ketajaman akal pikiran yang dimilikinya mampu menangkap semua perkataan
serta penjelasan gurunya. Setiap kali gurunya berdiri untuk meninggalkan
tempatnya, Syafi`i kecil mengajarkan kembali apa yang dia dengar dan
dia pahami kepada anak-anak yang lain, sehingga dai apa yang dilakukan
Syafi`i kecil ini mendapatkan upah. Sesudah usianya menginjak ke tujuh,
Syafi`i telah berhasil menghafal al-Qur`an dengan baik.
Imam Syafi`i bercerita: “Saat kami menghatamkan al-Qur`an dan memasuki
masjid, kami duduk di majlis para ulama. Kami berhasil menghafal
beberapa hadits dan beberapa masalah Fiqih. Pada waktu itu, rumah kami
berada di Makkah. Kondisi kehidupan kami sangat miskin, dimana kami
tidak memiliki uang untuk membeli kertas, akan tetapi kami mengambil
tulang-tulang sehingga dapat kami gunakan untuk menulis.”
Pada saat menginjak usia tiga belas tahun, dia juga memperdengarkan
bacaan al-Qur`an kepada orang-orang yang berada di Masjid al-Haram, dia
memiliki suara yang sangat merdu. Suatu ketika Imam Hakim menceritakan
hadits yang berasal dari riwayat Bahr bin Nashr, bahwa dia berkata:
“Jika kami ingin menangis, kami mengatakan kepada sesama teman “Pergilah
kepada Syafi`i !” jika kami telah sampai dihadapannya, dia memulai
membuka dan membaca al-Qur`an sehingga manusia yang ada di sekitarnya
banyak yang berjatuhan di hadapannya lantaran kerasnya menangis. Kami
terkagum-kagum dengan keindahan dan kemerduan suaranya, sedemikian
tinggi dia memahami al-Qur`an sehingga sangat berkesan bagi para
pendengarnya.
Guru-guru Imam Syafi`i.
1. Muslim bin Khalid al-Zanji, seorang Mufti Makkah pada tahun 180 H.
yang bertepatan dengan tahun 796 M. dia adalah maula Bani Mkhzum.
2. Sufyan bin Uyainah al-Hilali yang berada di Makkah, dia adalah salah seorang yang terkenal kejujuran dan keadilannya.
3. Ibrahim bin Yahya, salah satu ulama di Madinah.
4. Malik bin Anas, Imam Syafi`i pernah membaca kitab al-Muwatha` kepada
Imam Malik sesudah dia menghafalnya diluar kepala, kemudian dia menetap
di Madinah sampai Imam Malik wafat pada tahun 179 H. bertepatan dengan
tahun 795 M.
5. Waki` bin Jarrah bin Malih al-Kufi.
6. Hammad bin Usamah al-Hasyimi al-Kufi
7. Abdul Wahab bin Abdul Majid al-Bashri.
Isteri Imam Syafi`i.
Dia menikah dengan seorang perempuan yang bernama Hamidah binti Nafi` bin Unaisah bin Amru bin Utsman bin Affan.
Keistimewaan Imam Syafi`i.
1. Keluasan ilmu pengetahuan dalam bidang sastera serta nasab, yang
sejajar dengan al-Hakam bin Abdul Muthalib, dimana Rasulullah saw.
pernah bersabda: “Sesungguhnya Keturunan (Bani) Hasyim dan keturunan
(Bani) Muthalib
itu hakekatnya adalah satu.” (H.R. Ibnu Majah, dalam kitab yang menjelaskan tentang Wasiat, bab “Qismah al-Khumus,”
hadits no. 2329.)
2. Kekuatan menghafal al-Qur`an dan kedalaman pemahaman antara yang
wajib dan yang sunnah, serta kecerdasan terhadap semua disiplin ilmu
yang dia miliki, yang tidak semua manusia dapat melakukannya.
3. Kedalaman ilmu tentang Sunnah, dia dapat membedakan antara Sunnah
yang shahih dan yang dha`if. Serta ketinggian ilmunya dalam bidang ushul
fiqih, mursal, maushul, serta perbedaan antara lafadl yang umum dan
yang khusus.
4. Imam Ahmad bin Hambal berkata: Para ahli hadits yang dipakai oleh
Imam Abu Hanifah tidak diperdebatkan sehingga kami bertemu dengan Imam
Syafi`i. Dia adalah manusia yang paling memahami kitab Allah swt. dan
Sunnah Rasulullah saw. serta sangat peduli terhadap hadits beliau.
5. Karabisy 2 berkata: Imam Syafi`i adalah rahmat bagi umat Nabi
Muhammad saw. (Karabisy dinisbatkan pada profesi penjual pakaian,
namanya adalah Husain bin Ali bin Yazid.)
6. Dubaisan (Namanya adalah Abu Dubais bin Ali al-Qashbani) berkata:
Kami pernah bersama Ahmad bin Hambal di Masjid Jami` yang berada di kota
Baghdad, yang dibangun oleh al-Manshur, lalu kami datang menemui
Karabisy, lalu kami bertanya: Bagaimana menurutmu tentang Syafi`i ?
kemudian dia menjawab: Sebagaimana apa yang kami katakan bahwa dia
memulai dengan Kitab (al-Qur`an), Sunnah, serta ijma` para ulama`. Kami
orang-orang terdahulu sebelum dia tidak mengetahui apa itu al-Qur`an dan
Sunnah, sehingga kami mendengar dari Imam Syafii tentang apa itu
al-Qur`an Sunnah dan ijma`. Humaidi berkata: Suatu ketika kami ingin
mengadakan perdebatan dengan kelompok rasionalis kami tidak mengetahui
bagaimana cara mengalahkannya. Kemudian Imam Syafi`i datang kepada kami,
sehingga kami dapat memenangkan perdebatan itu. Imam Ahmad bin Hambal
berkata: Kami tidak pernah melihat seseorang yang lebih pandapai dalam
bidang fiqih (faqih) terhadap al-Qur`an daripada pemuda quraisy ini, dia
adalah Muhammad bin Idris al-Syafi`i.
7. Ibnu Rahawaih pernah ditanya: Menurut pendapatmu, bagaimanakah Imam
Syafii dapat menguasai al-Qur`an dalam usia yang masih relatif muda?
lalu dia menjawab: Allah swt. mempercepat akal pikirannya lantaran
usianya yang pendek.
8. Rabi` berkata: Kami pernah duduk bersama di Majelisnya Imam Syafi`i
setelah beliau meninggal dunia di Basir, tiba-tiba datang kepada kami
orang A`rabi (badui). Dia mengucapkan salam, lalu bertanya: Dimanakah
bulan dan matahri majleis ini ? lalu kami mejawab: Dia telah wafat.
Kemudian dia menangis lalu berkata: Semoga Allah swt. memncurahkan
rahmat dan mengampuni semua dosanya. Sungguh beliau telah membuka hujjah
yang selama ini tertutup, telah merubah wajah orang-orang yang ingkar
dan juga telah membuka kedok mereka, dan juga telah membuka pintu
kebodohan
disertai penjelasannya, lalu tidak beberapa lama orang badui itu pergi.
Sikap Rendah Hati yang dimiliki Imam Syafi`i.
Hasan bin Abdul Aziz al-Jarwi al-Mishri mengatakan, bahwa Imam Syafii
pernah berkata: Kami tidak menginginkan kesalahan terjadi pada
seseorang, kami sangat ingin agar ilmu yang kami miliki itu ada pada
setiap orang dan tidak
disandarkan pada kami. Imam Syafi`i berkata: Demi Allah kami tidak
menyaksikan seseorang lalu kami menginginkan kesalahan padanya. Tidaklah
bertemu dengan seseorang melainkan kami berdo`a “Ya Allah, jadikanlah
kebenaran ada pada hati dan lisannya ! jika kebenaran berpihak kepada
kami, semoga dia mengikuti kami, dan jika kebenaran berpihak kepadanya
semoga kami mampu mengikutinya. Imam Syafii adalah Pakar Ilmu
Pengetahuan dari Quraisy. Imam Ahmad bin Hambal berkata: Jika kami
ditanya tentang satu masalah dan kami tidak mengetahuinya, maka kami
menjawab dengan menukil perkataan Syafi`i, lantaran dia seorang imam
besar yang ahli dalam ilmu pengetahuan yang berasal dari kaum Quraisy.
Dalam suatu hadits diriwayatkan dari Rasulullah saw. bahwa beliau
bersabda: “Orang alim dari Quraisy ilmunya akan memenuhi bumi.” (Manaqib
karya Imam Baihaqi, juz 1, hlm. 45.)
Ar-Razi berkata: Kriteria orang orang yang disebutkan di atas ini akan
terpenuhi apabila seseorang memiliki kriteria sebagai berikut : Pertama;
berasal dari suku Quraisy. Kedua; memiliki ilmu pengetahuan yang sangat
luas dari kalangan ulama. Ketiga; memiliki ilmu pengetahuan yang luas,
dan dikenal oleh penduduk Timur dan Barat. Benar kriteria di atas hanya
terdapat pada diri Imam Syafi`i, dia adalah seorang ahli ilmu
pengetahuan yang berasal dari suku Quraisy.
Berikut beberapa hadits yang berkaitan dengan hal di atas.
1. Riwayat dari Ibnu Mas`ud bahwa dia berkata bahwa Rasulullah saw.
bersabda: “Janganlah kalian mencaci maki suku Quraisy, karena
sesungguhnya ahli ilmu di antara mereka akan memenuhi dunia. Ya Allah ya
Tuhan kami, Engkau telah menimpakan azab yang terdahulu dari mereka,
maka anugerahkan nikmat-Mu yang terakhir dari mereka.” (5 . H.R. Abu
Daud Thabalasi dalam kitab Musnad-nya, hlm. 39-40.)
2. Riwayat dari Abu Hurairah ra. bahwa Rasulullah saw. bersabda : Ya Allah tunjukkanlah orang-orang Quraisy, karena”
sesungguhnya orang alim di antara mereka akan memenuhi dunia. Ya Allah,
sebagaimana Engkau telah memberikan azab kepada mereka, maka berikanlah
(Khatib, dalam Tarikh, juz 2, hlm. 61.) juga Ni`mat-Mu atas mereka.”
Beliau mengulanginya sampai tiga kali
3. Dia adalah orang Quraisy dari Bani al-Muthalibi, Rasulullah saw.
bersabda: “Sesungguhnya Bani Hasyim dan Bani Muthalib adalah adalah
satu.” Lalu Rasulullah saw. merapatkan jari tangannya. (H.R. Sunan
Kubra, juz 6, hlm. 340.)
Selanjutnya Rasulullah saw. kembali bersabda : “Sesungguhnya Allah swt. mengutus untuk umat ini pada setiap setiap
seratus tahun seseorang yang memperbaharui agama-Nya.” (8 .
Al-Mustadrak, juz 4, hlm. 522, dan Khatib dalam Tarikh, juz 2, hlm. 61.)
Anak-anak Imam Syafi`i.
1. Abu Usman Muhammad, dia seorang hakim di kota Halib, Syam (Syiria).
2. Fatimah.
3. Zainab.
Imam Syafi`i ke Mesir.
Imam Syafi`i datang ke Mesir pada tahun 199 H. atau 814/815 M. pada masa
awal khalifah al-Ma`mun, lalu dia kembali ke Baghdad dan bermukim di
sana selama satu bulan, kemudian dia kembali lagi ke Mesir. Dia tinggal
di sana sampai akhir hayatnya pada tahun 204 H. atau 819/820 M.
Kitab-kitab Karya Imam Syafi`i.
1. Al-Risalah al-Qadimah (kitab al-Hujjah)
2. Al-Risalah al-Jadidah.
3. Ikhtilaf al-Hadits.
4. Ibthal al-Istihsan.
5. Ahkam al-Qur`an.
6. Bayadh al-Fardh.
7. Sifat al-Amr wa al-Nahyi.
8. Ikhtilaf al-Malik wa al-Syafi`i.
9. Ikhtilaf al- Iraqiyin.
10. Ikhtilaf Muhammad bin Husain.
11. Fadha`il al-Quraisy
12. Kitab al-Umm
13. Kitab al-Sunan
Wafatnya Imam Syafi`i.
Beliau menderita penyakit ambeien pada akhir hidupnya, sehingga
mengakibatkan beliau wafat di Mesir pada malam Jum`at sesudah shalat
Maghrib, yaitu pada hari terakhir di bulan Rajab. Beliau di makamkan
pada Hari Jum`at pada tahun 204 H. bertepatan tahun 819/820 M. makamnya
berada di kota Kairo, di dekat masjid Yazar, yang berada dalam
lingkungan perumahan yang bernama Imam Syafi`i.