Assalamu'alaikum..., selamat datang di Blok Kajian Fiqih Syafi'i. Semoga sahabat memperoleh manfaat dari blog ini. Mohon klik LIKE pada Facebook kami dan pada postingan-postingan kami ya, supaya ramai. Jika berminat dengan buku-buku Aswaja, silakan klik pada link Toko Buku Aswaja. Semoga limpahan barakah Allah selalu tercurah pada kita semua. Amiin...

Kamis, 04 Desember 2014

Berhati-hatilah

Assalamu'alaikum sahabat Kajian Fiqih Syafi'i

Diriwayatkan bahwa dalam khutbahnya, Abu Bakar ash-Shiddiq ra pernah berkata:

"Demi Allah, aku bukanlah orang yang terbaik di antara kalian. Aku dalam posisi dan keadaan terpaksa. Aku ingin di antara kalian ada yang mampu menggantikan posisiku ini. Apakah kalian mengira aku akan melaksanakan sunnah Rasulullah secara penuh? Tidak. Aku tidak mampu melaksanakan semuanya. Sesungguhnya, Rasulullah Saw dijaga dengan wahyu dan malaikat bersama beliau. Sementara setan bersamaku, yang selalu menggodaku. Jika aku marah, maka menjauhlah dariku, agar aku tidak menzalimi rambut dan kulit kalian. Perhatikanlah ucapanku ini." (Kanzul 'Ummal, karya Alauddin Ali Muttaqi al-Hindi, no. 14118; Tahdzib Hilyatul Auliya' wa Thabaqatul Ashfiya', karya Shalih Ahmad Syamy, h. 60)

Sahabat...

Ini adalah pengakuan yang jujur dari salah seorang sahabat utama Nabi Saw. Di sini Abu Bakar ash-Shiddiq ra mengakui bahwa posisi yang disandangnya sebagai seorang khalifah bukanlah karena ia telah menjadi manusia terbaik di antara manusia yang ada pada saat itu. Jabatan khalifah adalah sebuah amanah yang diberikan kepadanya. Ia tidak bisa menolak saat amanah itu diembankan kepadanya.

Pengakuan lainnya adalah meskipun ia sangat dekat dengan Nabi Saw, namun hal itu tidak berarti memberikan kemampuan baginya untuk mengamalkan seluruh sunnah yang berasal dari Nabi Saw. Abu Bakar ra menyadari kelemahannya sebagai makhluk yang sangat berbeda dengan Rasulullah Saw. Jika Rasulullah Saw selalu dijaga Allah dengan wahyu dan malaikat-Nya, maka Abu Bakar ra selalu berhadapan dengan setan yang tak kenal lelah berusaha menggodanya.

Nila luar  biasa yang dikandung oleh nasihat ini adalah kejujuran untuk mengakui kekurangan diri dan tidak merasa menjadi manusia yang paling utama hanya karena jabatan yang disandang.

Melalui nasihat ini Abu Bakar ra mengajak kita semua untuk menyadari dan mengakui bahwa sesungguhnya kita tidaklah lebih istimewa dan lebih mulia dibandingkan orang lain. Sikap terbaik yang harus kita pilih adalah senantiasa meningkatkan ketakwaan kepada Allah Ta'ala dan menyemangati diri untuk selalu mengamalkan sunnah-sunnah Nabi Saw tanpa harus merasa telah menjadi manusia sempurna dan istimewa di antara makhluk ciptaan Allah di dunia ini.

Semoga bermanfaat. Wassalamu'alaikum Warahmatullah Wabarakatuh.  

Jumat, 21 November 2014

Hisablah Diri Kalian

Assalamu'alaikum sahabat Kajian Fiqih Syafi'i...

Alhamdulillah atas izin Allah kami kembali untuk memberikan goresan di blog ini. Semoga ada manfaat yang akan sahabat dapatkan dengan berkunjung ke sini.

Sore ini, saya akan mengingatkan kita semua dengan sebuah nasihat yang pernah disampaikan oleh Abu Bakar ash Shiddiq ra. Sebuah nasihat yang mengingatkan kita untuk berhati-hati dalam hidup dan mempersiapkan diri untuk menghadapi tibanya saat perjumpaan kita dengan Allah Swt.

Diriwayatkan bahwa dalam salah satu khutbahnya Sayyidina Abu Bakar ra pernah berpesan:

"Hisablah diri kalian sebelum tiba penghisaban kalian. Sungguh, tidaklah suatu kaum meninggalkan jihad fi sabilillah, kecuali Allah akan menimpakan kefakiran pada mereka. Dan, tidaklah perbuatan zina itu merebak dalam suatu kaum, kecuali Allah akan menimpakan siksa-Nya pada mereka." (Kanzul 'Ummal, karya Alauddin Ali Muttaqi al-Hindi, no. 14114)

Sahabat sekalian....

Dalam nasihatnya ini, Abu Bakar ra mengajak kita untuk sesegera mungkin menghisab diri sendiri sebelum tiba saat penghisaban yang akan dilakukan oleh Allah Swt kepada kita. Menghisab diri sendiri artinya melakukan penimbangan atas amal kebaikan yang mendatangkan pahala yang telah kita lakukan dan amal keburukan yang mendatangkan dosa.

 Perhatikanlah..., mana di antara keduanya yang lebih banyak?

Yang terbaik adalah selalu menduga bahwa keburukan kita jauh lebih banyak daripada kebaikan. Sikap ini akan membuat kita senantiasa terdorong untuk melakukan amal kebajikan.

Demikian sahabat nasihat dari Sayyidina Abu Bakar ra. Semoga bermanfaat dan selalu kita memperoleh berkah dari Allah Ta'ala. Amiin..

Wassalamu'alaikum Warahmatullah Wabarakatuh